Akhir-akhir ini pasti kita sering mendengar istilah generasi sandwich. Generasi ini dianalogikan sebagai ‘sandwich’ dimana dihimpit oleh kebutuhan finansial orangtua dan anak.
Secara senderhana, generasi sandwich diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang dewasa yang harus menjadi tulang punggung atas generasi di atasnya yakni orangtua dan generasi di bawahnya yaitu anak-anak mereka dalam hal finansial.
Hal ini sering terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2019, persentase lansia yang tinggal dalam satu rumah berisikan 3 generasi di Indonesia mencapai 40,64%.
Meskipun sudah menjadi hal yang wajar, namun pasti tidak mudah bagi mereka yang berada di situasi ini dan tidak bisa menghindarinya. Nah, jika kita salah satunya, berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan sebagai generasi sandwich agar urusan finansial dan kehidupan bisa berjalan dengan baik.
Jika termasuk generasi sandwich, maka untuk memudahkan dalam hal finansial, kelolalah keuangan dengan bijak. Buatlah rencana keuangan dengan menerapkan pola 50-30-20 yaitu 50% untuk kebutuhan pokok seperti makan, air, listrik dan transportasi, 30% untuk belanja keinginan dan 20% untuk ditabung. Atau bisa gunakan 40-30-20-10 yaitu 40% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, 20% untuk ditabung atau investasi dan 10% untuk sosial.
Pilih formula yang paling cocok dan sesuai dengan kondisi keuangan kita. Pola ini akan sangat membantu kita dalam mengelola keuangan agar masing-masing porsi pengeluaran dapat teratur dan tidak melebihi dari rencana anggaran yang dibuat.
Memproteksi diri dengan asuransi merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukan sebagai generasi sandwich. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Paling tidak kita harus memiliki asuransi kesehatan untuk diri sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungan kita.
Mengapa harus menghindari hutang? Karena pada dasarnya sistem hutang justru akan lebih membebani kita. Boleh saja berhutang asalkan digunakan untuk tujuan produktif dan dengan pertimbangan yang matang.
Jika sumber penghasilan utama hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok saja maka disarankan untuk kita mencari sumber penghasilan tambahan yang dapat membantu kita dalam hal finansial. Kita juga bisa mengalokasikan dana untuk investasi sehingga perlahan bisa membantu kita menopang tanggung jawab dan mempersiapkan masa depan. Kita bisa menjadi freelancer, berbisnis, reseller atau pekerjaan lainnya yang dapat menambah pemasukan.
Dan yang paling penting dan harus dilakukan sebagai generasi sandwich adalah memutus rantainya dengan cara menyiapkan dana pensiun sejak dini. Meskipun kita saat ini menanggung beban, pastikan sebagian penghasilan kita sisihkan untuk dana pensiun. Tujuannya agar generasi di bawah kita tidak mengalami hal yang sama seperti yang kita alami.
Besarnya dana pensiun sendiri setiap orang berbeda. Untuk sarananya, kita bisa menyiapkan dana pensiun ini dengan cara menabung secara rutin atau berinvestasi jangka panjang.
Sebagai generasi sandwich yang memiliki beban yang berat kita harus selalu menjaga kesehatan baik fisik dan mental agar bisa memenuhi kebutuhan dan menjalani kehidupan dengan baik.
Karena menjadi generasi sandwich tidak hanya butuh finansial yang cukup namun juga mental yang kuat. Lakukan pekerjaan dengan ikhlas dan lapang dada. Jangan terlalu memaksakan diri menanggung kebutuhan di luar batas kemampuan kita
Generasi sandwich sangat bisa melakukan investasi sedini mungkin. Misalnya Reksa Dana Pasar Uang, dengan hanya puluhan ribu rupiah generasi sandwich dapat melakukan investasi di Reksa Dana. Reksa Dana Pasar Uang memiliki potensi keuntungan yang cukup stabil dengan potensi risiko yang relatif rendah.
Itulah ulasan singkat tentang apa itu generasi sandwich dan jika jadi generasi sandwich harus apa? Menjadi generasi sandwich pasti memiliki beban yang berat namun yakinlah kita bisa menjalaninya dengan baik. Semangat ya!